Di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, para ilmuwan Cina baru-baru ini menemukan dinamika fenologis vegetasi lahan basah sebagai respons terhadap perubahan iklim.
Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Northeast Institute of Geography and Agroecology of Chinese Academy of Sciences, baru-baru ini diterbitkan di jurnal Global Change Biology.
Menurut penelitian, Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, yang menampung 20 persen lahan basah China, memainkan peran penting dalam siklus karbon regional. Memahami pengaruh perubahan iklim pada vegetasi rawa memerlukan pemeriksaan dinamika fenologis.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan data yang berasal dari satelit dan data iklim pengamatan untuk menyelidiki dampak perubahan iklim pada akhir musim tanam (EOS) vegetasi lahan basah rawa di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dari tahun 2001 hingga 2020.
Selama periode 20 tahun, mereka menemukan bahwa EOS vegetasi rawa rata-rata regional secara signifikan tertunda 4,1 hari setiap dekade.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan suhu pramusim adalah penyebab utama keterlambatan EOS vegetasi rawa, sementara curah hujan kumulatif pramusim tidak banyak berpengaruh.
Mereka juga menemukan bahwa reaksi EOS terhadap perubahan iklim berbeda secara spasial di seluruh dataran tinggi, menunjukkan bahwa kondisi hidrologi memainkan peran pengaturan dalam fenologi rawa.
“Temuan kami menggarisbawahi perlunya memasukkan faktor hidrologi ke dalam model ekosistem darat, terutama di daerah dingin dan kering, untuk prediksi akurat respons fenologis vegetasi rawa terhadap perubahan iklim,” kata studi tersebut.
Studi ini juga mencatat bahwa strategi konservasi dan pengelolaan yang berpengetahuan sangat penting dalam menghadapi tantangan iklim saat ini dan masa depan.
(Gambar sampul melalui CFP)