TOKYO (AFP) – Polisi Jepang pada Selasa (26 Juli) menggerebek rumah seorang anggota dewan Olimpiade Tokyo 2020 yang diduga menerima uang dari sponsor yang menandatangani kontrak konsultasi dengannya, media setempat melaporkan.
Haruyuki Takahashi, 78, diduga menerima ratusan ribu dolar dari pengecer setelan bisnis jalanan Aoki Holdings, mitra resmi acara besar yang tertunda pandemi tahun lalu.
Kantor berita Kyodo melaporkan bahwa itu bisa merupakan penyuapan, karena Takahashi dianggap sebagai pegawai negeri semu yang tidak diizinkan menerima uang atau hadiah yang terkait dengan posisinya.
Kantor kejaksaan Tokyo mengatakan tidak dapat mengomentari kasus-kasus individual.
Sebuah perusahaan konsultan olahraga yang dijalankan oleh Takahashi diduga menerima uang dari Aoki untuk kontrak yang ditandatangani pada 2017, menurut media setempat.
Aoki kemudian pada Oktober 2018 menjadi sponsor Olimpiade Tokyo, memungkinkannya untuk menggunakan logo acara dan menjual produk berlisensi resmi.
Takahashi mengatakan kepada surat kabar Yomiuri Shimbun pekan lalu bahwa uang yang diterima perusahaannya adalah untuk pekerjaan konsultasi.
“Tidak ada konflik kepentingan apa pun dengan posisi saya sebagai anggota dewan komite penyelenggara,” katanya seperti dikutip.
Aoki mengeluarkan pernyataan pekan lalu yang mengatakan tidak berkomentar mengenai laporan pembayaran.
Takahashi, mantan eksekutif di biro iklan terbesar Jepang, Dentsu, telah bertugas di dewan Tokyo 2020 sejak Juni 2014.
Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo dibubarkan bulan lalu.
Kasus ini bukan pertama kalinya pertanyaan diajukan tentang dugaan ketidakpantasan di sekitar Olimpiade.
Jaksa Prancis meluncurkan penyelidikan atas tuduhan korupsi terkait dengan tawaran Tokyo untuk Olimpiade pada tahun 2016.
Mantan kepala Komite Olimpiade Jepang, Tsunekazu Takeda, mengundurkan diri pada 2019 ketika pihak berwenang Prancis menyelidiki keterlibatannya dalam pembayaran yang dilakukan sebelum Tokyo dianugerahi acara tersebut.