Mahathir membantah menerima sumbangan politik dari perusahaan

PETALING JAYA (THE STAR/ASIA NEWS NETWORK) – Bekas perdana menteri Tun Dr Mahathir Mohamad membantah tuduhan menerima sumbangan politik dari Ultra Kirana Sdn Bhd (UKSB) untuk Parti Pribumi Bersatu Malaysia selepas Pilihan Raya Umum ke-14.

“Saya tidak menerima (uang). Jika dia bisa menunjukkan bukti, saya menerimanya, ini mudah dikatakan.

“Jika seseorang memberi saya uang, tunjukkan siapa yang memberikannya, saya tidak pernah menerima uang itu,” katanya pada konferensi pers setelah mengadakan pertemuan dengan operator kapal wisata di Dermaga Tanjung Rhu pada Senin (25 Juli).

Di sisi lain, dia mengatakan pihak yang mengaku telah menerima dana harus maju dengan bukti dan tidak hanya berbicara omong kosong.

Sinar Harian mengutip anggota parlemen Langkawi yang mengatakan dia siap untuk diselidiki oleh Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC) mengenai masalah ini.

“Saya siap, tunjukkan bukti yang saya miliki (uang). Banyak tuduhan telah dibuat terhadap saya bahwa saya kaya dengan miliaran ringgit disimpan di Swiss dan Taiwan,” tambahnya.

Pada hari Senin, dalam persidangan korupsi mantan wakil perdana menteri Ahmad Zahid Hamidi, mantan manajer administrasi UKSB David Tan Siong Sun, 47, mengatakan Mahathir, ketua Bersatu pada saat itu, menerima sumbangan untuk penggunaan partai melalui keponakannya Tan Sri Rahmat Abu Bakar.

Tan mengatakan nama kode “Kedahan” digunakan untuk Rahmat dalam buku besar UKSB tentang arus keluar moneter perusahaan.

Dia juga mengatakan pembayaran serupa dilakukan kepada “menteri, politisi dan pegawai pemerintah” dan bahwa dia telah menyimpan buku besar pembayaran yang dilakukan antara 2014 dan 2018 dalam file spreadsheet di laptopnya.

Dia sebelumnya menyebut beberapa politisi, termasuk mantan perdana menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin, sebagai di antara mereka yang telah menerima uang secara langsung atau melalui proksi.

Ahmad Zahid, 69, menghadapi 33 tuduhan menerima suap sebesar SG $ 13,56 juta dari UKSB untuk dirinya sendiri sebagai menteri dalam negeri saat itu untuk memperpanjang kontrak perusahaan sebagai operator One Stop Centre (OSC) di China dan untuk sistem Visa Overseas (VLN), serta mempertahankan perjanjian kontrak untuk memasok sistem terintegrasi VLN.

Atas tujuh dakwaan lebih lanjut, Ahmad Zahid dituduh memperoleh untuk dirinya sendiri S $ 1.150.000, RM3 juta (S $ 932.230), 15.000 Franc Swiss (S $ 21.550) dan US $ 15.000 (S $ 20.800) dari UKSB yang memiliki hubungan resmi dengan tugas resminya.

Ahmad Zahid dituduh melakukan semua pelanggaran di Sri Satria, Precinct 16, Putrajaya, dan Country Heights, Kajang, antara Oktober 2014 dan Maret 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *