Le Perthus (AFP) – Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (5 November) berjanji untuk meningkatkan keamanan perbatasan setelah serentetan serangan, termasuk amukan pisau di sebuah gereja Nice yang disalahkan pada seorang migran Tunisia.
Selama kunjungan ke perbatasan antara Prancis dan Spanyol, Macron juga menyerukan reformasi “berjangkauan luas” di wilayah Schengen bebas paspor Eropa.
Diapit oleh Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin dan Menteri Urusan Eropa Clement Beaune, dia mengatakan akan mengungkap proposal untuk memperkuat keamanan perbatasan pada KTT Uni Eropa berikutnya pada bulan Desember.
Proposal itu akan mencakup “mengintensifkan perlindungan perbatasan bersama kita dengan pasukan keamanan polisi nyata di perbatasan eksternal” Uni Eropa, kata Macron.
Sementara itu, dia mengatakan jumlah penjaga di perbatasan Prancis dengan tetangganya di Uni Eropa akan berlipat ganda menjadi 4.800 dari 2.400 “karena memburuknya ancaman” dari terorisme, katanya.
Prancis pekan lalu menaikkan peringatan serangannya ke tingkat tertinggi setelah tiga orang ditikam sampai mati di sebuah gereja di kota Nice, dalam dugaan serangan teror ketiga hanya dalam waktu sebulan.
Tersangka, seorang pria berusia 21 tahun yang tiba di Eropa dari Tunisia pada bulan September, mencapai Prancis dengan menyeberangi Mediterania ke Italia dan kemudian menyeberang ke Prancis melalui darat.
Dia ditembak beberapa kali oleh polisi dan masih dirawat di rumah sakit.
Serangan Nice menggemakan pembunuhan dua minggu sebelumnya terhadap guru sekolah Samuel Paty, yang dipenggal oleh seorang pengungsi Chechnya berusia 18 tahun karena menunjukkan kartun kelasnya tentang Nabi Muhammad selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.