BAKU/YEREVAN (REUTERS, AFP) – Azerbaijan dan Armenia saling menuduh membunuh warga sipil dengan menembaki kota-kota di dan sekitar Nagorno-Karabakh pada Rabu (28 Oktober), dalam eskalasi konflik selama sebulan atas daerah kantong gunung yang telah menentang tiga gencatan senjata.
Azerbaijan mengatakan 19 orang tewas ketika peluru Armenia menghantam kota Barda, timur laut Nagorno-Karabakh.
Pejabat yang didukung Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan peluru Azeri telah jatuh di dua kota terbesar di daerah kantong itu, menewaskan satu orang.
Kedua belah pihak membantah klaim masing-masing.
Pertempuran terburuk di Kaukasus Selatan selama hampir 30 tahun telah menimbulkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas yang dapat menyedot Rusia dan Turki, sekutu Azerbaijan. Ini juga menimbulkan ancaman bagi jaringan pipa yang membawa minyak dan gas dari Azerbaijan ke pasar dunia.
Kementerian pertahanan Armenia juga mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa Azerbaijan telah merebut kota Gubadli antara daerah kantong dan perbatasan Iran, sebuah keuntungan militer nyata yang dapat membuat solusi diplomatik lebih sulit.
Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Sekitar 30.000 orang tewas dalam perang 1991-94 di wilayah tersebut.
Azerbaijan menolak solusi apa pun yang akan membuat Armenia mengendalikan daerah kantong itu, yang dianggapnya diduduki secara ilegal.
Armenia menganggap wilayah itu sebagai bagian dari tanah airnya yang bersejarah dan mengatakan penduduk di sana membutuhkan perlindungannya.
Pembantu presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan pasukan Armenia telah menembakkan rudal Smerch ke Barda dan kantor jaksa agung mengatakan 19 warga sipil tewas dan 60 terluka. Sebelumnya disebutkan jumlah kematian di 14.